Anis Matta: Manusia Untuk Sebuah Cita-Cita
Anis Matta: Manusia Untuk Sebuah Cita-Cita

Manusia Untuk Sebuah Cita-Cita
Oleh: Anis MattaAl-Manhaj (konsep) yang agung membutuhkan ar-Rijaal (manusia) yang agung pula.
Gua kecil itu begitu lembut. Terletak di kejauhan dua mil dari kota Makkah, gua itu bertengger indah menjelang puncak Jabal Nur. Kota Makkah dan gurun pasir yang mengitarinya akan tampak sebagai hamparan alam yang indah dari ketinggian gunung itu. Itulah gua Hira, tempat Muhammad menghabiskan sekitar 3 tahun waktunya sebelum diangkat menjadi Rasul.
Di dalam jiwanya terbentang jarak yang jauh antara realitas kehidupan di kota Makkah dengan cita-cita kehidupannya. Dan itulah sumber semua kegelisahannya. Sebab ia sendiri belum menemukan jalan yang terang menuju cita-cita itu. Ada ketidakpuasan yang membawa jiwanya melangkah ke gua ini, tapi juga ada kegamangan yang menenggelamkannya dalam renungan-renungan panjang di sepanjang bulan Ramadhan pada setiap tahunnya. Ada gejolak maha dahsyat yang menggoncang-goncang batinnya, dan membuatnya serasa ingin memberontak setiap saat atas fenomena kehidupan yang terjadi di sekitarnya. Tapi ia sendiri tidak tahu harus melakukan apa.