Viral Orang Tuntun Sepeda Motor di Depan Rumah Duka


Viral Orang Tuntun Sepeda Motor di Depan Rumah Duka

Opini Bangsa – Pengendara motor menuntun kendaraannya saat melintas di depan rumah orang meninggal, viral. Rupanya kebiasaan santun, empati dan simpati masih dilakukan warga yang hidup di desa. Jika pengendara sepeda motor melihat bendera orang meninggal di pinggir jalan, tanpa dikomando warga segera turun dan menuntut sepeda motornya.

Seperti yang terlihat di Dusun Prumpon, Desa Suruh, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, misalnya. Saat itu keluarga Jannatun Cyntia Dewi (24), korban Lion Air JT 610, memasang bendera tanda orang meninggal dunia. Otomatis, penggendara sepeda motor langsung turun dan menuntun sepeda motornya saat melintas di depan rumah.

Di laman facebook Bahana Patria menyebutkan dirinya kaget melihat pengendara sepeda motor turun dan menuntun kendaraannya. Padahal saat itu jam orang berangkat kerja. “Saya mendengar keheningan dalam pagi yang ramai. Mereka seolah-olah merapal doa agar pemilik rumah diberi ketabahan dan kesabaran”.

“Masih ada Indonesia rupanya,” sebutnya bangga dalam facebook tersebut.

Dia berharap nilai-nilai luhur yang dilakukan warga yang bertempat tinggal di desa-desa itu masih terjaga.

“Semoga nilai, norma yang masih kokoh yang selama ini membangun Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat akan selalu terjaga. Indonesia belum punah,” tambahnya.

Seorang wartawan yang meliput korban Lion Air di Sidoarjo juga kaget dengan kebiasaan warga tersebut.

“Jarang ada yang mempertahankan sikap santun kayak gini ini selain di desa,” kata Gancar, kameramen CNN saat berbincang-bincang dengan rekannya.

Sementara seorang warga Desa Suruh, Fajar Ari (43) mengaku perilaku santun itu sejak dulu sudah dilakukan dan turun temurun.

“Perilaku santun itu sudah sejak dulu dilakukan dan turun temurun dilakukan. Selama masih jalan desa, warga pasti turun menuntun sepeda motornya saat melintas di depan orang meninggal,” kata pria yang juga modin Desa Suruh, Fajar Ari (43) kepada detikcom saat dihubungi, Jumat (2/11/2018).

Berbeda lagi, jelas Fajar, jika di jalan utama atau jalan protokol, santun di depan rumah orang meninggal tidak ada lagi.

“Pokoknya kalau masih di jalan-jalan desa, kebiasaan menuntun sepeda masih dilakukan. Berbeda lagi ceritanya kalau sudah di jalan utama atau jalur protokol, tidak ada lagi istilah menuntun sepeda,” tambahnya.

Menuntun sepeda saat melintas di depan rumah orang meninggal, tambah pria lulusan UIN Sunan Ampel, ini juga sebagai toleransi dan penghormatan bagi orang yang wafat dan keluarganya.

“Sopanlah kalau menuntun sepeda. Kalau tidak menuntun sepeda tapi yang lain menuntun sepeda, pasti sungkan sendiri,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan Suparman (53) warga Tanggulangin, Sidoarjo. “Setiap orang meninggal, pasti kendaraan yang melintas di depan rumahnya dituntun. Kecuali mobil, mereka hanya memperlambat lajunya,” tegas Suparman saat ditemui detikcom di rumahnya
[opini-bangsa.com / detik]






http://bitly.com/2yOmEDG

Banner iklan disini
loading...

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :