Bentrokan Militer Kembali Terjadi di Myanmar, 2.500 Warga Rohingya Larikan Diri
Sekitar 2.500 warga Rohingya lagi-lagi meninggalkan Negara Bagian Rakhine di Myanmar menyusul bentrokan dengan militer, PBB mengatakan pada hari Rabu (2 Januari 2019).Juru bicara untuk sekretaris jenderal PBB, Farhan Haq, mengatakan warga Rohingya “dipaksa untuk melarikan diri dari pertempuran antara Tentara Arakan dan militer Myanmar” yang dimulai bulan lalu.
Haq mengatakan tim PBB dikirim untuk menyelidiki dan menilai kebutuhan kelompok masyarakat yang tumbang tersebut.
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok etnis yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan akan serangan yang meningkat sejak ratusan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.
PBB telah mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan brutal, mutilasi dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan pemerintah Myanmar. Dalam sebuah laporan, penyelidik PBB mengatakan pelanggaran seperti itu bisa dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan berat.