“Dilema Beban Debat Pilpres”
“Dilema Beban Debat Pilpres”
Oleh: Zeng Wei Jian*
DEBAT kandidat presiden bagian dari kultur demokrasi. Tahun 1960, debat di televisi antara John F. Kennedy dan Richard Nixon disaksikan 70 juta orang. Kennedy mencukur Nixon dengan kalimat “not ready for prime time”.
Gerald Ford tumbang karena salah ucap “Soviet Union didn’t dominate Eastern Europe”. Ronald Reagan di atas angin dengan slogan “there you go again” kepada Jimmy Carter.
Paslon Ko-Ruf No. 1 over defensif menghadapi debat pilpres.
Mungkin, keringat dingin mengucur setiap kali mereka membayangkan debat melawan Prabowo-Sandi. Makanya mereka menolak Rosy, Karni iLyas, Bambang Wijoyanto dan ngga mau presentasi visi-misi.
“Petahana rasa penantang,” kata Sudirman Said. “Penantang lebih pede tidak keberatan atas apapun,” lanjutnya.
Mestinya, Joko-Maruf tidak perlu kuatir. Sekalipun menurut James Stimson dari UNC, debat capres mengubah hasil polling tetapi angkanya hanya 2.3 poin. Tidak berarti saat survei Denny JA menyatakan Paslon Ko-Ruf No. 1 unggul 24% dari Prabowo-Sandi. Kocak…!!
Biar Tim Paslon Ko-Ruf No.1 semakin percaya diri, ada baiknya dikutip hasil riset Harvard’s Sunshine Hillygus dan Stanford’s Simon Jackson yang menemukan negative effects atas undecided voters pada debat Al Gore tahun 2000. Menurut mereka, efek debat itu sangat lemah, and at worst nonexistent.
Kekalahan final Paslon Ko-Ruf No.1 bukan pada debat capres. Tetapi bisa dijelaskan dengan Lima Axioma William L. Benoi. Dan ini sangat penting. Bang Sandi mesti baca.
Ke-Lima Axioma Benoi itu adalah “Voting is a comparative act, Candidates must distinguish themselves from opponents, Distinguish Political campaign messages, Acclaiming-attacking-defending, policy and character.”
Selama lima tahun, Joko Widodo telah menyatakan siapa dirinya, janji-janji, policy dan karakternya.
Planga-plongo dan usia tua adalah “a deadly combination card”. Plus, inkonsistensi sikap Kyai Maruf menambah kerusakan elektabilitas.
Seputar policy, Jokowi mudah diserang. Puluhan janji kampanye 2014 yang tidak ditepati membuat his future plans dan general goals menjadi tidak valid. Rumusan singkatnya “past deeds, future plans, and general goals.”
*) Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KOMTAK).